SEJARAH DESA DUKUPUNTANG
A.
Asal-Usul
Desa Dukupuntang
Banyak rumor
yang tersebar di penjuru desa dukupuntang bahwa asal mula desa dukupuntang
adalah penggabungan antara desa puntang dan dukumalang, nama “duku” diambil
dari nama dukumalang dan “puntang” diambil dari nama asli desa puntang shingga
digabung menjadi Dukupuntang. Sangat sedikit orang yang tahu asal usul nama
“Puntang” dan nama “Dukumalang”. Dari beberapa nara sumber yang diperoleh dari
penduduk asli sangat sedikit yang tahu persis apa dan bagaimana asal-usul nama
puntang dan dukumalang.
Bachrudin
(32th) seorang perangkat desa yang menjabat di bidang keuangan menuturkan bahwa
desa Dukupuntang dahulunya adalah dua desa yang berbeda yang kemudian disatukan
menjadi satu desa. Adapun asal usul namanya beliau mengambil rujukan dari
dokumen milik desa yang disitu tercatat bahwa pada zaman dahulu ketika terjadi
peperangan antara kesultanan dengan ratu galuh (rajagaluh) kesultanan
mengirimkan pasukan yang kemudian dibagi menjadi dua pasukan. Pasukan pertama diarahkan
ke selatan yang membentang dengan tujuan membendung pasukan Rajagaluh yang
datang melalui Cikalahang. Pasukan kedua diarahkan ke barat untuk membuat
benteng pertahanan sebagai penghalang masuknya musuh (Rajagaluh) dari arah desa
Bobos. Pedukuhan bekas dari pembentangan tersebutlah yang kemudian dinamakan
puntang.
Beliau juga menuturkan
tentang sesepuh desa. Di negeri seberang ada seorang sultan dari bagdad bernama
Sultan Bagdad. Beliau mempunyai empat orang anak yaitu Syarif Durakhman, Syarif
Durakhim, Syarif Kaffi dan Nyi Syarif Bagdad. Mereka mempunyai sebuah alat
musik kesenian berupa Gembyung yang memiliki arti terbang. Sultan Bagdan
melarang keempat anaknya untuk memainkan dan membunyikan Gembyung, sering kali
Sultan Bagdad memarahi keempat anaknya apabila mereka membunyikannya. Oleh
karena tidak tahan dimarahi oleh Sultan Bagdad, keempat anaknya pun melarikan
diri bersama pengikutnya ke Cirebon. Pengikutnya terdiri dari laki-laki dan perempuan
dengan jumlah total 1200 jiwa yang kemudian ditempatkan di Puntang.
Di antara
pengikut-pengikutnya ada dua orang yang sangat terkenal atau tersohor yaitu
Tuan Keli yang merupakan pesuruh dari Bagdad dan Pangeran Adi Kersa yang
ditugaskan oleh Mbah Kuwu Cerbon untuk menjadi penasihat Syarif Kaffi (Sayid
Alwi) di daerah patuanan. Dalam menjalankan tugasnya pangeran Adi Kersa
ditemani oleh dua sesepuh Patuanan yaitu Ki Bakila dan Ki Rakila. Setelah
Syarih Kaffi wafat, beliau kemudian dimakamkan di daerah Patuanan. Karena
dianggap meninggalkan karomah, kampung tersebut kemudian sering dinamakan
sebagai kampung Kramat yang sekarang terbukti dengan adanya pasarean atau
tempat pemakaman. Sebelum adanya
penggabungan antara Puntang dengan Dukumalang, kampung kramat terletah di
daerah Dukumalang.
Berbeda
dengan penuturan Bpk Bachrudin, Bpk
Rosyid (sekitar 69th) seorang petani dari desa Dukupuntang asli memberikan
penuturan bahwa dahulu Desa Dukupuntang merupakan penggabungan dua desa yang
berdekatan yaitu Desa Puntang dan Desa Dukumalang. Beliau juga menuturkan bahwa
penggabungan tersebut terjadi sebelum adanya peristiwa G 30S/PKI namun beliau
tidak mampu mengingat tahun berapa penggabungan desa itu terjadi. Kuwu yang
menjabat saat itu adalah ayahanda dari Kuwu Sabda, beliau juga tidak mengingat
namanya. Ketika desa Puntang masih menjadi desa yang tersendiri (sebelum
penggabungan) memilki kantor desa di Blok Puntang Wetan. Beliau menuturkan juga
bahwa kejadian itu sangat lama sampai-sampai dia tidak mampu mengingat begitu
jelas.
B.
Informasi
Umum Desa Dukupuntang
Berdasarkan data
yang diperoleh dari Bpk Bachrudin (32) seorang perangkat desa di bidang
keuangan. Desa Dukupuntang adalah desa yang terletak di bagian barat Kabupaten
Cirebon, tepatnya berada di Kecamatan Dukupuntang.desa dukupuntang memiliki
luas sekitar 74.914 ha/m2. Desa Dukupuntang sebelah barat berbatasan
dengan Desa Cisaat dan Desa Girinata di daerah bagian timur berbatasan dengan
Desa Mandala dan Desa Cangkoak. Sedangkan
di bagian utara berbatasan dengan Desa Kepunduan dan Desa Balad dan digian
sebelah selatan berbatasan dengan Desa Cikalahang dan Desa Bobos. Desa
dukupuntang memilki jumlah penduduk laki-laki sebanyak 2213 jiwa dan perempuan
sebanyak 2233 jiwa sehingga total penduduk sebesar 4446 jiwa. Dari keseluruhan
penduduk Desa Dukupuntang adalah pemeluk agama Islam dan merupakan warga negara
Indonesia (WNI). Mata pencaharian penduduk banyak yang merupakan petani dan
peternak terutama ikan serta penambang batu alam, ada juga yang sebagai
pedagang di daerah Kramat. Desa Kramat terbagi menjadi lima rukun warga (RW)
dan lima belas rukun tagga (RT). Di desa Dukupuntang Juga terdapat tiga buah
sekolah dasar (SD) dan satu Madrasah
ibtidaiyah (MI) serta terdapat dua SMA swasta yaitu SMA yapisa dan SMA kramat
di desa dukupuntang juga terdapat satu sekolah menengah pertama yaitu MTs
Al-hidayah.
Menurut
seorang narasumber yaitu bpk Ana Bandi menuturkan bahwa dahulu ada blok di desa
Dukupuntang yang mengalami pertukaran dengan Desa Balad. Blok itu adalah Blok
Dukudemang dari Desa Dukupuntang yang ditukar dengan Blok Balad tengah dari
Desa Balad. Penukaran itu dilakukan karena posisi dari kedua blok itu terjepit
sehingga blok itu kemudian ditukar untuk penataan wilayah yang lebih teratur.
Blok Balad Tengah berada persis di bagian utara Desa dukupuntang dan Blok
Dukudemang berada terjepit diantara desa balad berbatasan dengan Blok Pete’ dan
Blok Cidemit. Meskipun mengalami pertukaran oleh desa namun hal itu tidak
kemudian merubah nama blok-blok tersebut. Blok dari Desa Balad yang dimasukkan
ke Desa Dukupuntang tetam bernama Blok Balad Tengah. Demikian pula dengan blok
dari Desa Dukupuntang yang dimasukkan ke dalam Desa Balad tetap bernama Blok
Dukudemang. Bpk Ana tidak dapat mengingat jelas kapan ditukarnya kedua blok itu
namun yang ia tahu hanya pertukaran terjadi sebelum ia lahir sehingga
kemungkinan pertukaran terjadi ketika pemerintah desa berada dalam kepemimpinan
antara Kuwu Sabda, Kuwu Madi dan Kuwu Hadori.
C.
Sejarah
Penamaan setiap blok
Sesuai
dengan namanya Blok Puntang Wetan adalah sebuah blok yang berada di bagian
paling wetan (timur) Desa Dukupuntang. Bpk Rosyid (sekitar 69th) seorang petani
dari Blok Puntang Bodol menuturkan bahwa Blok Puntang Wetan merupakan pusat
pemerintahan ketika Desa Putang masih berdiri sendiri. Setelah penggabungan
kemudian kantor desa dipindak ke daerah Kramat. Ketika itu Blok Puntang wetan
berpenduduk sangat sedikit bahkan rumah yang terdapat pun hanya sejumlah 25
rumah. Beliau menuturkan bahwa nama Blok Puntang Bodol adalah Imbas dari adanya
seorang penduduk yang memilki nama Mbok Bodol. Namun Mbok Bodol Sudah meninggal
beberapa tahun lalu. Hal itulah yang menurut beliau Puntang Wetan lebih
terkenal sebagai Puntang Bodol.
Berbeda dengan
penuturan yang diberikan Bpk Rasyid, Bpk Ana Bandi (45th) seorang petani dan
peternak dari blok Jayem menuturkan bahwa memang Blok Puntang Bodol dahuluya
bernama Blok Puntang Wetan. Setelah adanya penggabungan antara desa Dukumalang
dan desa Puntang, kantor desa yang semula ada di Puntang Wetan dialihkan ke
daerah Kramat. Sehingga blok itu sering dijuluki sebagai bekas kantor desa.
Sehingga melekat dalam anggapan masyarakat mengenai perihal “bekas” itu. Hal
itulah yang mengakibatkan nama Puntang Wetan diubah menjadi Puntang Bodol.
Perbedaan
pendapat ini tidak lepas dari anggapan setiap orang. Bpk Rasyid yang notabene
nya penduduk asli Puntang Wetan mengaggap bahwa
penamaan Puntang Bodol hanyalah penamaan yang “ngasal” atau berasal dari pengaitan yang tidak mendasar karena
hanya diambil dari nama seorang penduduk asli Puntang Wetan yaitu Mbok Bodol.
Sedangkan bpk Ana Bandi menganggap bahwa memang ada penduduk yang bernama Mbok
Bodol, namun hal itu tidak berkaitan dengan penamaan blok tersebut. Anggapan
masyarakat mengenai Blok Puntang Bodol adalah pembentukan alami akibat blok
tersebut terkenal sebagai kampung “bekas” kantor pemerintahan desa Puntang.
Pendapat kedua ini juga dikemukakan oleh Bpk Khaerudin yang juga warga asli
Puntang Bodol. Jika dilihat dari segi sifat alami seorang manusia maka setiap
orang memiliki jiwa nasionalisme atau membela tanah air kelahiran, maka wajar
jika Bpk Rasyid bernaggapan bahwa penamaan Blok Puntang Bodol hanyalah penamaan
yang ngasal . karena walau
bagaimanapun Blok Puntang wetan adalah tanah kelahirannya, wajar saja bila
kemudian beliau tidak terima atas penamaan Puntang Bodol. Sedangkan bpk Ana
Bandi dan bpk Khaerudin hanya melihat penamaan tersebut dari segi sejarah saja.
Blok
M atau yang dulunya bernama Blok Puntang Tengah. Sesuai dengan penuturan dari
bpk Bori (50th) seorang tukang bangunan dari blok M (Puntang tengah) menuturkan
bahwa penamaan ini sesuai dengan namanya Blok ini berada di tengah desa Puntang
sebelum adanya penggabungan desa. Setelah adanya penggabungan blok ini tidak
lagi berada ditengah, karena desanya sudah semakin luas yaitu desa Dukupuntang.
Kemudian blok ini berganti nama menjadi Blok M , hurum “M” diambil dari
singkatan makam.nama tersebut diambil karena di daerah itu ada tempak pemakaman
umum yang cukup luas. Berkaitan dengan hal ibu Saeri (39 th) yang merupakan
seorang asli kelahiran desa dukupuntang mempunyai penjelasan yang sesuai dengan
penjelasan yang disampaikan Bpk Bori bahwa blok M memang diambil dari singkatan
M untuk makam. Namun ada penjelasan yang lebih lanjut dimana blok ini juga
pernah dinamakan blok bunut. Nama tersebut diambil karena adanya makam
bunutatau makam yang ada di pertigaan, memang pemakaman yang ada pas disisi
jalan dengan pertigaan memasuki makam.
Selanjutnya blok
Dukumalang, blok ini memiliki nama persisi sama dengan nama desa sebelum
penggabungannya yaitu desa Dukumalang. Ada sebuah cerita entah berasal dari
mana namun banyak sumber mengatakan bahwa Dukumalang adalah sebuah desa dimana
ada pohon duku yang malang (meling)
menghalangi jalan di daerah tersebut. Menurut penuturan yang disampaikan bpk
Ana Bandi (45th) bahwa pada jaman dahulu ketika peperangan antara cirebon
dengan rajagaluh ada pohon duku yang melintang menghalangi jalan prajurit
sehingga untuk melewatinya para bala tentara merunduk menyelinap dari bawah
pohon-pohon duku tersebut hingga menerobos ke suatu daerah. Daerah yang banyak
pohon duku yang melintang atau bahasa daerhnya malang kemudian diberi nama
desa Dukumalang sedagkat tempat dimana para prajurit berhasil menerobos diberi
nama desa Bobos. Dan memang desa yang berbatasan dengan Rajagaluh adalah desa
Bobos dan setelahnya ada desa Dukumalang.
Blok Kramat
adalah blok yang dulunya sebelum adanya penggabungan masuk kedalam desa
Dukumalang. Blok kramat merupakan tempat sentral perdagangan dengan hari
pasaran hari sabtu. Di daerah kramat terdapat tempat pemakaman yang cukup
dikenal masyarakat karena tempat tersebut banyak dimakamkan leluhur atau buyut dari desa dukupuntang. Sebagaimana yang dituturkan
oleh bapak Bachrudin bahwa di negeri seberang ada seorang sultan dari bagdad
bernama Sultan Bagdad. Beliau mempunyai empat orang anak yaitu Syarif
Durakhman, Syarif Durakhim, Syarif Kaffi dan Nyi Syarif Bagdad. Mereka
mempunyai sebuah alat musik kesenian berupa Gembyung yang memiliki arti
terbang. Sultan Bagdan melarang keempat anaknya untuk memainkan dan membunyikan
Gembyung, sering kali Sultan Bagdad memarahi keempat anaknya apabila mereka
membunyikannya. Oleh karena tidak tahan dimarahi oleh Sultan Bagdad, keempat
anaknya pun melarikan diri bersama pengikutnya ke Cirebon. Pengikutnya terdiri
dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah total 1200 jiwa yang kemudian
ditempatkan di Puntang. Di antara pengikut-pengikutnya ada dua orang yang
sangat terkenal atau tersohor yaitu Tuan Keli yang merupakan pesuruh dari
Bagdad dan Pangeran Adi Kersa yang ditugaskan oleh Mbah Kuwu Cerbon untuk
menjadi penasihat Syarif Kaffi (Sayid Alwi) di daerah patuanan. Dalam
menjalankan tugasnya pangeran Adi Kersa ditemani oleh dua sesepuh Patuanan
yaitu Ki Bakila dan Ki Rakila. Setelah Syarih Kaffi wafat, beliau kemudian
dimakamkan di daerah Patuanan. Karena dianggap meninggalkan karomah, kampung
tersebut kemudian sering dinamakan sebagai kampung Kramat yang sekarang terbukti
dengan adanya pasarean atau tempat pemakaman.
Masih dari narasumber
yang sama mengatakan bahwa ada dua orang sesepuh dari daerah patuanan yaitu Ki
Rakila dan Ki Bakila. Karena kedua sesepuh desa itu merupakan sesepuh yang
tersohor maka daerah tempat merekatinggal pun diberi nama Patuanan yang diambil
dari kata Tetua atau ketua yang memiliki arti dituakan. Senada dengan penuturan
bpk Bachrudin, bpk Ana Bandi juga menuturkanhal yang sama dimana nama petuanan
diambil karena pada zaman dahulu sesepuh dari desa Dukupuntang yang tinggal di
daerah itu. Sehingga daerah itu kemudian dinamakan blok Patuanan. Memang tidak
banyak yang dituturkan oleh bpk Ana, namun dapat disimpulkan bahwa memang blok
Patuanan dahulunya adalah tempat tinggal buyut tersohor di daerah Desa
Dukupuntang.
D.
Beberapa
mitos yang berlaku
Ada
beberapa mitos yang berkembang di Desa Dukupuntang yang kemudian memunculkan
beberapa pantangan bagi penduduk asli Desa Dukupuntang diantaranya yaitu
larangan untuk memakan daging kidang atau
kijang dan larangan untuk memakan oyong atau Gambas (Luffa acutangula, suku
labu-labuan atau Cucurbitaceae), adalah komoditi sayuran minor. Jika pantangan
ini dilanggar maka si pemakan akan merita penyakit gatal semacam budug. Menurut
bpk Ana Bandi pantangan ada karena pada zaman dahulu ketika peperangan antara
Cirebon dengan Rajagaluh. Terjadi pengejaran Pangeran Arya Kemuning oleh
pasukan dari Ratu Galuh.
Pangeran arya
kemuning adalah putera dari Syekh Syarif Hidayatullah dari pernikahannya dengan
Ong Tien Nio seorang puteri kaisar tiongkok yaitu Yu Wang Lo. Setelah menikah
dengan sunan gunung jati nama putri Ong Tien Nio diubah menjadi Ratu Mas Rara
Sumanding. Jika dilihat dari sejarah penamaan kabupaten Kuningan diceritakan
bahwa pangeran arya kemuning terlahir secara mukjizat karena waktu itu sang
kaisar tiongkok menguji kemampuan dari sunan gunung jati dengan menebak apakah
putrinya hamil atau tidak. Waktu itu sang putri dimasukkan bokor kuningan ke
dalam pakaiannya sehingga terlihat seperti orang hamil. Kemudian sunan gunung
jadi mengatakan bahwa putri dari kaisar itu sedang hamil dan akan melahirkan
seorang putra dalam 2 atau 3 bulan mendatang. Atas jawaban dari sunan gunung
jati kemudian putri menjadi benr-benar hamil seca mukjizat sehingga putri
kaisar tersebut dinikahkan dengan sunan gunung jati.
Berlanjut dari
pengejaran Pangeran Arya kemuning oleh pasukan Ratu Galuh. Pangeran melihat
semak-semak berupa tanaman oyong, karena terdesak pangeran Arya Kemuning
menjelma menjadi seekor kijang atau semacam menjangan dengan ajian kijang kencana . pangeran yang
terdesak itu kemudian bersembunyi di balik semak belukar tanaman oyong.
Sehingga pangeran Arya Kemuning dapat lolos dari pengejaran pasukan Ratu Galuh.
Untuk menghormati dari penjelmaan dari Pangeran Arya Kemuning menjadi kijang
dan bersembunyi di balik rerimbunan tanaman oyong inilah yang kemudian muncul
larangan memakan daging kijang dan buah oyong bagi keturunan asli keturunan
Dukupuntang.
Jika ditinjau
dari jalannya cerita memilki kesamaan alur. Bahkan kemungkinan tokoh yang
diceritakan adalah tokoh yang sama karena pangeran Arya Kemuning adalah seorang
pemeluk islam yang juga purta dari Sunan Gunung Jati. Sedangkan para
pengejarnya yaitu pasukan Ratu Galuh adalah orang-orang kafir sebagaimana dalam
kisah-kisah babad bahwa kerajaan Rajagaluh adalah kerajaan yang masih memeluk
Agama asli tanah jawa atau kejawen .
Dari hal itulah kemudian ada kemungkinan dua versi itu adalah kisah yang sama.
kang tahu jl. nyi ageng serang blok kramat ?
BalasHapustahu,,, emang knapa bro?
HapusMau nyari teman kang,kehilangan kontak katanya tinggal disana kang.
HapusNama temannya siapa kang solihin?
Hapus