HALIDA
Halida adalah senyawa biner, dimana
salah satu bagiannya adalah salah satu atom halogen dan bagian lainnya adalah
elemen lainnya atau radikal yang mempunyai tingkat keelektronegatifan lebih
kecil daripada atom halogen, untuk membentuk senyawa fluorida, klorida,
bromida, iodida, atau astatin. Kebanyakan garam merupakan halida. Semua logam
pada elemen grup 1 akan membentuk halida yang berbentuk padatan putih dalam
suhu ruangan. Ion
halida adalah atom hidrogen yang mengikat muatan negatif. Anion halida
contohnya fluorida (F−), klorida (Cl−), bromida (Br−), iodida (I−) dan astatin
(At−). Semua ion ini terdapat pada garam halida ion. (Kanginan marthen. 1995:
68)
Untuk membandingkan
kereaktifan-kereaktifan halogenalkana, berbagai halogenalkana diperlakukan
dengan sebuah larutan perak nitrat dalam sebuah campuran etanol dengan air. Tidak
ada lagi zat lain yang ditambahkan. Setelah beberapa lama, endapan-endapan
muncul ketika ion-ion halida (yang dihasilkan dari reaksi-reaksi halogenalkana)
bereaksi dengan ion-ion perak yang ada.
Selama prosedur ini berlangsung pada kondisi-kondisi yang terkontrol (jumlah zat yang sama, suhu yang sama dan seterusnya), maka waktu yang diperlukan untuk pembentukan endapan dapat menjadi petunjuk tentang kereaktifan halogenalkana – semakin cepat endapan terlihat, semakin reaktif halogenalkana tersebut.
Ada dua cara pembentukan ion halida, tergantung pada jenis halogenalkana yang ada yakni halogenalkana primer, sekunder dan tersier. Untuk halogenalkana pimer, reaksi utama yang terjadi adalah antara halogenalkana dengan air dalam pelarut. (anonim, id.wikipedia.org/wiki/Halida, 2013)
Selama prosedur ini berlangsung pada kondisi-kondisi yang terkontrol (jumlah zat yang sama, suhu yang sama dan seterusnya), maka waktu yang diperlukan untuk pembentukan endapan dapat menjadi petunjuk tentang kereaktifan halogenalkana – semakin cepat endapan terlihat, semakin reaktif halogenalkana tersebut.
Ada dua cara pembentukan ion halida, tergantung pada jenis halogenalkana yang ada yakni halogenalkana primer, sekunder dan tersier. Untuk halogenalkana pimer, reaksi utama yang terjadi adalah antara halogenalkana dengan air dalam pelarut. (anonim, id.wikipedia.org/wiki/Halida, 2013)
Hidrogen halida (HX) pada suhu
kamar merupakan gas yang mudah larut dalam air. Larutannya dalam air bersifat
asam, sehingga sering disebut asam halide. HF dikelompokkan sebagai asam lemah,
sedangkan HCl, HBr, dan HI merupakan asam kuat, dan kekuatan asamnya meningkat
dari HF ke HI. Peningkatan kekuatan asam ini berhubungan dengan jari-jari atom
yang semakin panjang, sehingga kekuatan ikatan H-X semakin lemah. Semakin
lemahnya kekuatan ikatan tersebut mengakibatkan ion H+ semakin mudah terlepas
bila berinteraksi dengan H2O dalam larutan. Titik didih dan titik lebur HX
semakin besar dari HCl ke HI. Hal itu disebabkan semakin kuatnya gaya Van der
Waals, sedangkan titik didih HF paling tinggi di antara hidrogen halide yang
lain karena pada HF bekerja gaya ikatan hidrogen (Takeuchi, 2006)
Garam halida dapat terbentuk dari interaksi
langsung antara logam dengan halogen. Semua garam halide mudah larut dalam air,
kecuali garam halide dari perak (I), timbal (II), raksa (I), dan tembaga (I).
Warna endapan perak halida dan timbal (II) halide dari reaksiion halide dengan
ion perak dan ion timbal (II) digunakan untuk identifikasi adanya ion halide di
dalam suatu larutan. Larutan perak klorida dapat larut dalam ammonia encer.
Perak bromida tidak larut dalam ammonia encer, tetapi larut dalam ammonia
pekat, sedangkan perak iodide tidak dapat larut dalam ammonia encer pekat.
Perak klorida dan perak bromida dapat larut dalam ammonia dikarenakan membentuk
ion kompleks dengan reaksi sebagai berikut.
AgCl(s) + NH3 [Ag(NH(aq) 3)2]+(aq) +
Cl-(aq)
Untuk mengidentifikasi adanya
ion halida dapat dilakukan dengan menambahkan larutan Pb2+ (misalnya sebagai
Pb(NO2)2). Apabila terjadi endapan putih maka kemungkinan ion halidanya adalah
F- atau Cl- , tetapi bila endapannya berwarna kuning yang berarti yang ada Br-
atau I-, dan bila tidak ada endapan berarti tidak ada ion halide dalam larutan.
Untuk membedakan ion F- atau
Cl- maka larutan ditambahkan Ag+ (misalnya AgNO3). Apabila tidak ada endapan,
berarti halidanya adlah F- dan bila ada endapan putih berarti Cl-. Untuk
membedakan ion Br- dan I- maka larutan direaksikan dengan Ag+ dan endapan
didekantasi kemudian ditambahkan NH3 pekat, bila larut berarti yang ada dalam
larutan Br- dan bila tidak larut berarti yang ada dalam larutan ion F-. Halida
padat dapat dioksidasi oleh oksidator kuat (misalnya MnO2, KMnO4, K2Cr2O7,
dalam H2SO4 pekat) menghasilkan gas halogen, kecuali fluoride (Dogra,
1998).
Selain membentuk oksida dan
halide, halogen dapat membentuk senyawa-senyawa oksihalida. Garam oksihalogen
lebih stabil daripada asamnya. Asam oksihalogen sedikit larut dalam air.
Asam oksi mempunyai struktur
umum: H-O-X
Kekuatan asam oksi halogen
ditentukan oleh kekuatan ikatan H-O dan ikatan O-X. jika ikatan O-X kuat maka
ikatan H-O lemah. Semakin lemah ikatan H-O semakin mudah asam tersebut
terionisasi,dan berarti semakin kuat asamnya. Kekuatan ikatan X-O dipengaruhi
oleh dua factor, pertama keelektronegatifan dari X dan banyak sedikitnya atom
oksigen yang mengelilingi X. Semua halogen dapat membentuk senyawa
oksihalogenida, kecuali fluorin. Larutan ion oksihalogenida dapat diperoleh
dengan mereaksikan halogen dengan basa (Petrucci,
1985).
Rujukan:
Daftar Pustaka
Marthen, Kaningan.
1995. Kimia Umum.
Jakarta: Yudhistira
Dogra.1998. Kimia Fisiska. Universitas Indonesia.
Jakarta.
Petrucci, Ralph H. 1985. Kimia Dasar
Prinsip Terapan Modern Jilid 1 Edisi Keempat. Erlangga. Jakarta.
Takeuchi, Yashito. 2006. Pengantar kimia. Tokyo: Iwanami Publishing Company
Tidak ada komentar:
Posting Komentar